Cibubur, 14 Maret 2013
Memasuki
bulan kedua sejak mendengar diagnosa dokter, mengenai kondisi kesehatanku;
kelainan darah bawaan, hepatitis, kardiomegali dan DM alias diabetes melitus.
Sejak
itulah aku memutuskan untuk menjaga ketat asupan makanan dan minuman. Saking
ketatnya, dan kepingin sekali menurunkan kadar gula dalam darah, aku tak pernah
lagi sarapan lengkap, selain semangkuk kecil havermut dan segelas susu
diabetes.
Sementara
itu, sejak memutuskan gugat cerai, aku harus pergi dari rumah yang selama ini
kami, aku dan putriku tempati. Terhitung sejak Agustus 2012, aku numpang di
rumah anak-anak, hanya dua anak.
Anak
sulung sudah punya rumah cicilan di Citayam. Adiknya, perempuan baru menikah dan
masih numpang di rumah dinas mertua di Halim. Karena harus bolak-balik ke RSCM,
untuk menghemat enerji dan dana, kuputuskan numpang di rumah dinas besan.
Apabila
ingin nyaman menulis dan beribadah, biasanya aku akan pergi ke Mesjid At-Tin,
di sanalah bersama para nomaden lainnya; aku menulis, menulis sambil
bermunajat. Memohon kesembuhan langsung dari Sang Khalik.
Acapkali ada seseoang yang menyodokan nasi bungkus kepadaku dengan tatapan iba dan simpati. Barangkali dia mengira diriku pun tak lebih sebagai perempuan tua tunawisma, wajib dikasihani dan dibagi nasi bungkus.
Karena tak enak hati jika menolak tawarannya, maka aku pun mengambilnya dengan penuh rasa syukur. Aku menyuap nasi pemberiannya itu dengan airmata bercucuran, hmmm, ternyata nikmat sekali nasi bungsu lauk tempe tahu alakadanya campur rasa asin airmataku sendiri.
Tak jarang putriku Butet mengira emaknya ini sedang berada di Citayam, di tengah keluarga abangnya dan cucu-cucu. Demikian pula sebaliknya, sulungku Haekal mengira aku baik-baik saja berada di dekat Butet di Halim.
Acapkali ada seseoang yang menyodokan nasi bungkus kepadaku dengan tatapan iba dan simpati. Barangkali dia mengira diriku pun tak lebih sebagai perempuan tua tunawisma, wajib dikasihani dan dibagi nasi bungkus.
Karena tak enak hati jika menolak tawarannya, maka aku pun mengambilnya dengan penuh rasa syukur. Aku menyuap nasi pemberiannya itu dengan airmata bercucuran, hmmm, ternyata nikmat sekali nasi bungsu lauk tempe tahu alakadanya campur rasa asin airmataku sendiri.
Tak jarang putriku Butet mengira emaknya ini sedang berada di Citayam, di tengah keluarga abangnya dan cucu-cucu. Demikian pula sebaliknya, sulungku Haekal mengira aku baik-baik saja berada di dekat Butet di Halim.
Namun, satu hal yang jelas dari
serangkaian terapi, tiada kata lain kecuali; harus menebus obat!
Jika
selama ini masih bisa memanfaatkan Askes, maka sejak menjadi janda, fasilitas
Askes pun dicabut. Demi Kartu Sehat, terpaksa aku harus memilih pindah menjadi
warga DKI Jakarta.
Selamat
tinggal Depok, selamat tinggal Jawa Barat dengan segala keindahannya, kampung
halaman tercinta.
Ternyata
mengurus Kartu Sehat pun belum bisa kulaksanakan. Begitu banyak waktu tersita,
mengobati lever dan jantung, berseberangan dengan antidiabetes.
Dokter sudah
menggambarkan prognosa, kemungkinan terburuk di kemudian hari dengan
mengkonsumsi semua obat-obatan yang segambrengan.
Ginjal bisa kena, pancreas bisa saja tidak berfungsi dan itu berarti
menghilangkan produksi albumin.
“Dokter,
sudah, ya, jangan dibahas lagi. Semuanya sudah saya tahu, saya baca dari
browsingan,” tukasku satu kali, rasanya bikin sakit kepala dan bisa struk
mendadak mendengar kemungkinan-kemungkinan terburuk itu.
Inilah
obat-obatan yang harus aku telan setiap harinya; Xjade, 6 butir gede-gede diminum
sekaligus, dicairkan, ini khusus untuk menormalisasi zat besi ferritin pasca
ditransfusi. Isosorbide Dinitrate, Scantipid, Captropil, Metformin,
Lansoprazole, Merzasol, Vitamin E, B12, Asam Folat dan transfusi darah yang
semakin sering.
Padahal
sebelumnya, selama berpuluh tahun, dokter hanya memberiku Asam Folat dan Xjade
atau Desferal saja. Obat yang satu ini jika harus beli harganya satu kaplet
berisi 7 butir adalah; 1 juta 367 ribu. Aku membutuhkan 180 butir per bulannya.
Ya
Allah, aku ingin sembuh, tetapi begitu mahal kesehatan itu, ya Robb!
“Jual
sajalah, Ma, rumah kontrakan yang dihibahkan Papa ke Butet itu,” usul putriku
satu kali.
Dia tentu bisa merasakan bagaimana ibunya ini semakin sering
wara-wiri ke rumah sakit, artinya semakin banyak saja dana yang harus
dikeluarkan.
“Serius?
Itu kan rumah kenangan, banyak peristiwa terjadi selama 25 tahun kita
menempatinya.”
“Kebanyakannya
juga peristiwa menyakitkan, Mama. Lihat Mama dijadikan samsak, dipukuli,
ditendangi, mata Mama bocor dan berdarah-darah. Tulang lutut Mama retak, jalan
pincang sampai berbulan-bulan….”
“Pssst,
lupakan semuanya, Nak,” tukasku mendadak ngeri lagi jika mengingat semua
kekerasan yang pernah kami peroleh dari lelaki itu.
“Makanya,
jual sajalah! Lagian kita memang membutuhkannya. Terutama buat berobat Mama.
Katanya kan Mama mau berobat ke Melaka?”
“Iya
sih, eh, kalau ada dananya. Bagaimana dengan rumah yang harus kita miliki
juga?”
Butet
tercenung. Tentu saja kami harus menyadari bahwa saat ini yang terpenting
adalah rumah tinggal sendiri. Ini rumah dinas, besan dalam masa persiapan
pensiun.
Kabarnya, mereka hanya diberi waktu sampai September, dan itu tinggal
beberapa saat lagi!
“Begini
saja, fokuskan dulu untuk cari rumah yang bisa dicicil dengan KPR. Ingat,
jangan yang mahal, ya, yang penting kita bisa tinggal nyaman dan rumah sendiri,”
pesanku memutuskan matarantai kegamangan.
“Hmm,
DP-nya dari mana, Ma? Tabungan kami gak seberapa banyak.” Butet tertunduk di
samping suaminya yang tak berkata-kata.
”Mama
akan berusaha cari solusi untuk DP-nya. Selanjutnya kalianlah yang mencicil.
Kelak, kalau kalian sudah ada, DP-nya harap dikembalikan ke Mama. Bagaimana
setuju?” cerocosku menyemangati pasustri yang belum lama menikah ini.
“Waaah,
seriuuus, Ma? Kita boleh pinjam? Eh, memang Mama sudah ada duitnya?”
“Tenanglah, nanti Mama minta bantuan para
sahabat yang bisa diandalkan.”
Dalam
dua bulan itu, aku bergerak terus antara rumah sakit dengan beberapa pertemuan.
Sedikit demi sedikit dana terkumpul. Ada sumbangan dari jamaahnya Ustad Bobby
Herwibowo dan Ratih Sang, Pinjaman dari Kang Abik dan Pak Remon, bos penerbit
Zikrul Hakim, sebelum aku memutuskan untuk resign.
“Buat
DP rumah apa sudah ada, Mama? Pengajuan pinjaman ke Bank sudah disetujui,”
lapor Butet, memerlihatkan dokumen KPR.
“Iya,
siang ini ada yang transfer.”
Setelah
diperoleh sebuah rumah tinggal di kawasan Kota Wisata, Cibubur, barulah aku menyadari
kembali; tak ada lagi uang untuk dana pengobatan. Jangankan untuk menebus obat
atau bayar laboratorium, bahkan untuk sekadar ongkos ke rumah sakit pun kosong!
“Sudah
dipasang iklan gratis di berniaga.com bahkan tokobagus.com. Tapi belum ada yang
berjodoh beli rumah kontrakan kita,” laporku pula kepada putriku.
“Sabar
terus, ya Mama sayang. Semoga Mama disehatkan dan dikuatkan,” putriku memelukku
erat-erat.
Acapkali
begitu pulang kerja malam-malam, dia langsung menengokku ke kamar. Dipeluk, dikecupnya
pipi-pipiku, sambil memeriksa tangan dan kaki-kakiku.
“Mama,
aduuuh, rasanya badan Mama jadi mengecil begini ya. Lihat, kaki-kaki Mama
mengerucut seperti kakinya Omah,” komentarnya sambil memijiti kaki-kakiku, tak
jarang kurasakan air bening menetes dari sudut-sudut matanya.
“Pssst,
Mama masih kuat, ah!” elakku seraya balik mengusap-usap permukaan perutnya.”Nah,
bagaimana kabarnya si Utun Inji hari ini?”
“Makin
lincah gerakannya, Manini. Semoga si Dede ini menjadi perempuan tangguh,
perempuan hebat seperti Manini,” celotehnya pula dengan mata berbinar-binar
penuh semangat dan harapan calon ibu muda.
Akhirnya,
aku memang harus menjual; rumah kontrakan 12 pintu di Jalan Raden Saleh 4 No 31
Rt.03/Rw 05, kelurahan Sukmajaya, Depok. SHM, IMB, harga 275 juta, sudah
termasuk pajak pembeli, balik nama dan Notaris.
Aku
tidak ingin mengemis, sungguh, hanya minta bantuan sahabat, agar ikut menyebar permintaanku
ini. Ya, semoga tidak termasuk iklan, sehingga tak perlu dihapus dari akunku di
sini.
Maafkan
lahir batin dan mohon selain doa juga keikhlasannya membantu perjuanganku ini.
Terimakasih, semoga Sang Maha Penyembuh masih memberiku waktu untuk berkarya, dan
bermanfaat bagi orang banyak.
Salam
manis;
PIpiet Senja (085669185619)
PIpiet Senja (085669185619)
Yang sabar ya Bunda, selalu tawakal dan pasrah kepadaNya. Kami anak2 yang mencintaimu selalu ada dengan doa. We Luv U Bunda
BalasHapusBunda, An bantu sebarin info ke Facebook, ya, Bunda.. *An do'akan selalu untuk kesehatan Bunda.... t-t
BalasHapusBunda Umy coba ikut sebarin linknya ya BUNDA...SEMOGA ALLAH MEMBERI JALAN TERBAIK
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTeh, syafakillah.
BalasHapusTeh, minta rekening ya, walo tak seberapa.
SMS no aku ya Teh, suruh butet atau haikal. no aku di 085216620755
-Jumadi S Ahmad yg pernah aktif di FLP Bogor-
semoga cepat sembuh, Bun. Doa kami menyertaimu. Amiiin. Semoga Allah SWT mengangkat segala dosa Bunda, ya.
BalasHapussemoga cepat sembuh teh,,,aamiin
BalasHapusmoga cepat sembuh teh
BalasHapusbunda sayang cepat sembuh ya.. :)
BalasHapusSemoga lekas sembuh dn dilancarkan segala urusannya ya bun...
BalasHapusApa yang kita rasakan saat melihat orang yang kita cintai dan sayangi harus menjalani hari-harinya di rumah sakit? Tentu akan ada hal yang kita lakuin. Namanya aja kita sayang sama orang tersebut, tentulah kita akan melakukan banyak hal, bukan? Untuk hal ini, Ibu kita, Pipiet Senja, dalam websitenya menuliskan:
BalasHapus“Aku tidak ingin mengemis, sungguh, hanya minta bantuan sahabat, agar ikut menyebar permintaanku ini. Ya, semoga tidak termasuk iklan, sehingga tak perlu ihapus dari akunku di sini.”
Klik: http://www.pipietsenja.net/2013/03/mohon-sebarkan-jual-rumah-untuk-dana.html
Tentu kita akan bertanya, bukan? Ada apa dengan Ibu kita itu? Nah, untuk itu, bagi yang belum mengetahuinya, silakan melihat/mengklik link yang sudah ada. Dengan segenap apa yang aku punya, aku ingin mengajak teman-teman agar sudikiranya turun ke jalan untuk meringankan beban Ibu kita Pipiet Senja. Mungkin nanti kita akan berkumpul di satu tempat yang mudah dijangkau. Kita akan mencarikan sedikit dana untuk Ibu kita Pipiet Senja.
Tempat : Bundaran HI, Jakpus.
Jam Berkumpul : 10.00 WIB
Tanggal : 17 Maret 2013
Calon Donor : Pipiet Senja (085669185619)
Alamat Calon Donor : RSCM
CP : 081269404123
Sila konfirmasi jika berkenan hadir, jika tidak ada, maka penggalangan dana ini kita batalkan.
http://sosok.kompasiana.com/2013/03/16/solidaritas-untuk-bunda-pipiet-senja-542876.html
Aamiin Ya Rabb atas seluruh doa yg terpanjat untuk kesembuhan Mbak Piet.
BalasHapus(Adriend)
Semoga cepat sembuh,Bunda. Aamiin
BalasHapussemoga tuhan memberi jalan keluar yang terbaik. kami turut prihatin membacanya, dan siap untuk menyebarkan link ini. semoga lekas sembuh ya ibu pipiet..
BalasHapusSaya coba sebarkan linknya ya Manini...
BalasHapusSyafakillaah, Bunda Pipit...
BalasHapusSemoga ALLAH lekas memberikan kesembuhan yang terbaik buat Bunda.
Insyaa ALLAH, akan selalu ada jalan buat Bunda juga keluarga.
Tetap semangat dan senyum, Bunda!
Dibalik setiap ujian pasti ada hikmahnya. :')
Assalamu'alaikum..
BalasHapusSaya mau turut menyumbang untuk biaya perawatan Teh Pipiet Senja... adakah yg tahu ke nomor rekening bisa saya transfer?
Trimskh
semoga cepat sembuh bunda. semoga Allah beri yang terbaik.........
BalasHapusInsya Allah, bantu sebarkan..
BalasHapusAllahu Akbar
BalasHapusBunda yg selalu dirahmati Allah, semoga selalu bersabar ya dalam menjalani episod kali ini. Semoga sakit yg Bunda derita, jadi penggugur dosa Bunda.Amiin
InshaAllah bantu sebarkan link ini.
Ijin share tulisan ini ya Bu. Doa saya dan kawan-kawan di Jember, doa terbaik untuk Ibu Pipiet senja.
BalasHapusSabar ya, Teh. Smoga Allah mengangkat penyakit Teh Pipiet, membalas semua kesabaran dengan pahala yang berlimpah. Doa kami untukmu..
BalasHapussmoga Ibu Pipiet lekas sembuh ya. Sehat wal afiat seperti sedia kala dan bisa menulis lagi. amiin
BalasHapusAmiin yaa Rabbal a'lamin, semoga bunda Pipiet bisa cepat sembuh, amiin..
BalasHapussabar ya bunda, semoga Allah sllu melindungi bunda, mf klu boleh th berapa no rekeningnya?
BalasHapusYA ALLAH ya tuhan ku,sembuh kan lah mbak pipiet dari sakit nya,angkat lah semua penyakit nya ya ALLAH,tuhan ku yang maha pengasih.mbak pipit ada no rekening gak biar saya share kan ke teman2 no rek nya mbak pipiet,siapa tau mreka mau berbagi mbak.sya sangat kagum skaligus prihatin dengan perjuangan mbak pipiet.sabar y mbak.ALLAH pasti akan mendengar semua do,a2 mbak pipiet.AMIN..
BalasHapusSubhanallah.. Bunda sabar ya.
BalasHapusSemoga Allah selalu melindungi bunda, dan bunda selalu diberkahi Allah. Dipermudah segala urusan, dan di sehatkan kembali sepeeti sedia kala. Amiiin.
Bun, Semoga dakwah melalui tulisanmu diganjar pahala yg tdk pernah putus.
BalasHapusTurut prihatin. Semoga lekas sembuh dan terkabul harapannya. Sabar ya bu.
BalasHapusSemoga lekass sembuh dan di berikan kesabaran atas ujian dari Allah
BalasHapusSyafakillah bunda Pipiet Senja
BalasHapussaya dan beberapa teman2 baru bisa sebatas bantu doa dan bantu sebar berita ini.
Ya Allah sembuhkan bunda pipiet penulis idolaku dari sakitnya.bunda yg sabar yah.tetap semangat..salam hangat buat bunda dari dhanar syarief ditobelo maluku utara.
BalasHapussyafakillah ya Bunda,,,
BalasHapusMenurut pengalaman kerja Mrs Veronica,berapa lama tengat waktu antara menerima transfer biaya pendaftaran,verifikasi uang western union ke proses pengalihan /transfer dana pinjaman ke Clients ? mohon direspon
BalasHapus